Selamat datang, Penabuluers! Selamat datang di wadah eksperimen baru kita. Situs ini akan menjadi rak arsip cerita kita bersama. Tidak terdapat manual pengarsipan baku di sini, kita akan menumbuhkan aturan dan pola bersama, sambil berjalan, langsung dalam ruang ini. @agus akan membantu kita semua sebagai administrator, dan @suhud yang akan pegang tongkat moderasi. Mari berbagi dan saling bercerita dengan penuh kasih dalam semangat keberagaman.
Selamat datang juga bagi mitra-mitra kami! Salam hangat kami untuk Anda. Seperti inilah rumah kami. Bocor sana-sini, sedikit berantakan dan berdebu, dan tentu saja: selalu berdengung dan berisik. Tetapi di luar semua itu, semoga, siapa pun Anda akan dapat merasakannya; Merasakan kehangatan kami….
Salam!
“Once again, welcome to my house. Come freely. Go safely; and leave something of the happiness you bring.”
―Bram Stoker, Dracula
Dalam relasi umum antara Lembaga Donor dan OMS (Organisasi Masyarakat Sipil), lembaga donor, atau penyumbang, adalah pihak yang memberikan sumbangan (bisa dalam bentuk apapun, terutama berbentuk dana), yang tidak mengharapkan manfaat ekonomi apapun dari sumbangan tersebut.
Hidup LSM tergantung donor? Jangan, LSM harus mandiri! Bagaimana kriteria kemandirian LSM menurut Nanang Munadjat, Wakil Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)? Simak ceritanya di sini!
“Kebebasan Berorganisasi Adalah Hak, Akuntabilitas Adalah Kewajiban”, sebuah kalimat yang menarik dan cukup dalam pengertiannya untuk organisasi nirlaba. Ingin tau lebih lanjut? Simak cerita perbincangannya dengan Lusi Herlina, Direktur Eksekutif KONSIL LSM di sini!
Mengapa aspek publikasi, komunikasi dan kemitraan begitu penting bagi organisasi nirlaba? Kami berbincang-bincang dengan Desmarita Murni, Public Relation Manager WWF Indonesia mengenai hal itu, temukan ceritanya di sini!
Siang itu (28/5), kami ke tempat yang tinggi, bukan ke bukit atau gunung, tapi untuk bertemu dengan Ageng Prianto, seorang yang berpengalaman dalam bidang human resources management. Kami berbincang-bincang dengan dirinya perihal manajemen sumber daya manusia organisasi nirlaba, genting kah?
Siang menjelang sore itu (21/5), kami berbincang singkat dengan Fakhrizal Nashr, dari The Nature Conservancy tentang arti kehadiran Organisasi Mayarakat Sipil (OMS). Aspek-aspek apa saja menurut dirinya yang harus tertanam dalam diri OMS,
sehingga kehadiran mereka dapat memberi manfaat di tengah-tengah masayarakat?
Peranan pemimpin dalam sebuah organisasi kerap kali “mengacuhkan” punggawa-punggawa organisasi lainnya. Dida Suwarida, perempuan yang aktif dalam Komnas Perempuan, mengatakan “ketika kita bicara tata kelola sebuah lembaga adalah bagaimana semua orang di dalam lembaga bisa merepresentasikan organisasinya”.
Charles Darwin mengatakan “It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change”. Rasanya kutipan tersebut sangat relevan dalam dinamika Organisasi Masyarakat Sipil agar mampu terus bertahan. Berikut penjelasan singkat Budi Santosa dari Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD) soal perubahan yang patut dilakukan organisasi nirlaba, khususnya aspek pendanaan.
Sebuah diskusi dengan Sugeng Wibowo dan Kuswoyo, Tim ICT di Penabulu Alliance. Perbincangan ringan yang memunculkan kesadaran akan penggunaan ICT untuk pemenuhan kebutuhan organisasi.
Yang pertama, organisasi itu tidak sulit menerjemahkan visi dan misinya. Sering sekali kita dihadapkan pada visi dan misi organisasi yang kita sendiri tidak ngerti gimana menerjemahkannya.
Luka adalah subuah medan yang harus kita lewati
Luka yang membuat hidup lebih berarti
Hidup tanpa luka bagaikan lautan tanpa ombak
Jangan putus asa karena luka. Tetapi bersyukurlah karena luka
Karena luka lah […]